Warga Indonesia enggan membeli HP baru di 2025, pedagang HP terancam sulit.

Daftar isi:
Di tengah dinamika pasar smartphone, Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dalam pengapalan perangkat. Data terbaru mengungkapkan bahwa pengapalan smartphone selama kuartal kedua (Q2) 2025 mengalami penurunan sebesar 3,5% dibandingkan tahun lalu, sebuah angka yang mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh para produsen di dalam negeri.
Di antara merek-merek yang beroperasi di pasar Indonesia, vivo dan Oppo menjadi dua nama yang mengalami penurunan paling besar. Dalam laporan dari firma riset terkemuka, pengapalan vivo tercatat merosot hingga 32,1%, menempatkannya di posisi paling bawah dalam daftar lima besar vendor smartphone di Indonesia.
Oppo juga tidak luput dari masalah serupa, dengan penurunan hingga 29,2%. Sementara itu, Xiaomi yang berada di urutan ketiga, meskipun mengalami pertumbuhan yang minim, tetap menunjukkan angka positif meskipun hanya sebesar 0,2% sepanjang periode yang sama.
Kinerja Penjualan Smartphone di Indonesia pada Q2 2025
Pemasaran smartphone di Indonesia menunjukkan bahwa Transsion, perusahaan yang menaungi merek Infinix, Tecno, dan Itel, masih menduduki posisi teratas dengan pangsa pasar 21,5%. Mereka berhasil mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 9,5% YoY, menandakan kekuatan produk yang ditawarkan di segmen pasar yang kompetitif ini.
Di posisi kedua, Samsung berhasil memelihara pangsa pasar sebesar 18,5%, dengan pertumbuhan pengapalan mencapai 7% YoY. Kinerja Samsung ini menunjukkan strategi pemasaran dan inovasi produk yang berhasil menarik minat konsumen.
Namun, di antara negara-negara Asia Tenggara, kinerja Indonesia terasa paling buruk. Tidak jauh berbeda, Vietnam juga mengalami penurunan sebesar 1,7% dalam periode yang sama, tetapi masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi di Indonesia.
Capaian dan Tantangan di Pasar Asia Tenggara
Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara justru menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Filipina misalnya, memimpin dengan pertumbuhan sebesar 17,2%, menunjukkan kemampuan pasar untuk bangkit dari penurunan. Malaysia juga tidak jauh tertinggal dengan pertumbuhan 7,8%, dipicu oleh peningkatan permintaan untuk smartphone dengan harga terjangkau.
Pada periode yang sama, Thailand mencatat pertumbuhan sebesar 4% dan Singapura juga menunjukkan angka positif dengan pertumbuhan 2%. Ini adalah indikasi bahwa konsumen di negara-negara tersebut lebih aktif dan optimis terhadap pembelian smartphone baru.
Hoon Yik Phang, seorang analis riset di IDC Malaysia, menuturkan bahwa pertumbuhan sektor HP di Malaysia didorong oleh perubahan perilaku konsumen yang beralih ke model smartphone dengan harga di bawah US$100, atau setara dengan Rp1,6 juta. Hal ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada perilaku belanja masyarakat.
Analisis Kinerja Vendor Smartphone Teratas di Indonesia
Meskipun Transsion mendominasi pasar Indonesia, Samsung tetap menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara. Laporan menunjukkan bahwa Samsung mengalami pertumbuhan sebesar 15,9% YoY, mengukuhkan posisinya sebagai raja smartphone di tingkat regional.
Transsion menempati posisi kedua dengan pertumbuhan 13,6% YoY, diikuti oleh Xiaomi dengan pertumbuhan positif sebesar 6,7% YoY. Namun, di sisi lain, Oppo mengalami penurunan yang signifikan, mencapai 20,9%, menempatkannya di posisi keempat di kawasan ini.
Vivo juga tidak ketinggalan dalam catatan penurunan, dengan angka minus 17,5% YoY untuk kawasan Asia Tenggara, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh merek-merek ini dalam mempertahankan daya tarik mereka di pasar yang sangat kompetitif.
Menarik untuk dicatat bagaimana perkembangan pasar smartphone akan berlanjut, terutama dengan konteks peluncuran produk baru yang diharapkan dapat menarik kembali minat konsumen. Kita semua masih menantikan laporan berikutnya tentang kinerja pasar smartphone di Indonesia untuk kuartal ketiga (Q3) 2025 yang akan berakhir pada September nanti.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now