Ancaman Nyata di IKN, BRIN Temukan Krisis yang Bisa Ganggu Kehidupan

Daftar isi:
Dalam beberapa tahun terakhir, isu ketersediaan air bersih di Indonesia menjadi sorotan yang semakin mendesak. Terutama di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang direncanakan menjadi pusat pemerintahan baru, penelitian terbaru mengungkapkan fakta mencengangkan mengenai kondisi sumber daya air di daerah tersebut.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ketersediaan air di IKN ternyata sangat terbatas. Ini menjadi pertanda serius bagi pemerintah dalam merancang pembangunan di kawasan ini agar tidak menghadapi krisis air di masa yang akan datang.
Penelitian tersebut menggunakan metode canggih, yaitu Artificial Neural Network (ANN), untuk menganalisis data sumber daya air di IKN. Dengan pendekatan ini, BRIN berharap dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi ketersediaan dan kualitas air di wilayah strategis ini.
Analisis Kuantitatif Sumber Daya Air di IKN
Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN melakukan analisis yang mendalam dengan menggunakan data satelit dari Sentinel-2A. Ini memungkinkan peneliti mengukur tiga indikator penting terkait keberadaan air, yaitu Indeks Air Permukaan Tanah (LSWI), Indeks Perbedaan Vegetasi Ternormalisasi (NDVI), dan Indeks Perbedaan Air Ternormalisasi (NDWI).
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 0,51% dari total wilayah IKN yang memiliki ketersediaan air tinggi. Sebaliknya, 79,08% wilayah tersebut dianggap sebagai area non-air, yang jelas mengindikasikan kekurangan sumber daya air di kawasan tersebut.
Lebih jauh, hasil ini juga menunjukkan bahwa 20,41% dari kawasan tersebut menyimpan air dalam bentuk vegetasi. Namun, ketika lahan tersebut diubah menjadi bangunan, potensi penyimpanan air akan semakin berkurang, dan akan ada dampak jangka panjang terhadap ketersediaan air di IKN.
Dampak Lingkungan yang Harus Diwaspadai
Penelitian juga mengidentifikasi beberapa dampak lingkungan yang bisa muncul akibat keterbatasan air ini. Penurunan curah hujan dan kualitas air, serta pencemaran zat besi adalah beberapa isu yang perlu diperhatikan. Hal ini menjadi perhatian penting, terutama ketika IKN akan menjadi lokasi dengan populasi yang semakin meningkat.
Dengan adanya pendatang yang memilih menetap di IKN, kebutuhan akan air bersih pun akan bertambah. “Kedatangan masyarakat baru ke IKN bisa menambah beban terhadap kebutuhan air bersih yang sudah terbatas,” jelas para peneliti.
Jika faktor-faktor tersebut tidak diatasi dengan baik, maka potensi krisis air di IKN akan semakin nyata. Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah yang proaktif untuk mengelola sumber daya air dengan bijak.
Rekomendasi Solusi untuk Mengatasi Masalah Air di IKN
Sebagai solusi untuk mengatasi masalah ketersediaan air ini, peneliti menyarankan agar pemerintah dapat mempertimbangkan pembangunan infrastruktur, seperti bendungan dan sistem perpipaan baru. Langkah mitigasi ini penting untuk memastikan pasokan air yang berkelanjutan bagi penduduk IKN di masa mendatang.
Selain itu, penerapan konsep Kota Spons (Sponge City) juga bisa menjadi solusi yang efektif. Konsep ini berfokus pada pengelolaan air hujan secara alami dengan cara menyerap air ke dalam tanah dan memanfaatkannya kembali, sehingga meminimalisir risiko banjir serta kehabisan sumber daya air.
Seiring dengan pembangunan infrastruktur, upaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya penghematan air juga perlu dilakukan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih menyadari pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya air.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now