Ahli Beri Peringatan, 29 Pulau di Kepulauan Seribu Terancam Punah

Daftar isi:
Jakarta, Indonesia – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengeluarkan peringatan kritis terkait ancaman tenggelamnya 29 pulau di Kepulauan Seribu akibat perubahan iklim. Kenaikan suhu, cuaca ekstrem, dan permukaan laut yang semakin tinggi menjadi pemicu utama dari kondisi darurat ini.
“Dalam skenario terburuk, 29 pulau bisa hilang,” ujar periset Pusat Riset Oseanografi BRIN, Martiwi Diah Setiawati. Hal ini tercatat dalam unggahan resmi di media sosial, yang menggarisbawahi potensi dampak yang sangat serius bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Dengan perkiraan naiknya air laut mencapai 3-5 meter, pulau-pulau yang hanya memiliki ketinggian 2,4 meter dari permukaan laut bertambah terancam. Sebanyak 16.500 penduduk yang mendiami pulau-pulau ini akan merasakan dampak langsung dari perubahan lingkungan ini.
Selain ancaman tenggelamnya pulau, tekanan populasi yang terus bertambah menyebabkan penduduk setempat berusaha meningkatkan luas daratan melalui reklamasi pantai. Namun, tindakan ini justru menimbulkan masalah baru, seiring dengan meningkatnya polusi air dan kerusakan ekosistem pesisir.
“Kondisi ini menurunkan kualitas hidup dan memperburuk kesehatan penduduk,” lanjut Martiwi. Dengan suhu yang diperkirakan meningkat hingga 2,2 derajat Celsius, risiko terhadap kesehatan masyarakat akibat panas ekstrem juga semakin nyata.
Martiwi menekankan pentingnya tindakan nyata untuk menghadapi situasi ini, mulai dari sistem peringatan dini hingga penanaman mangrove sebagai perlindungan alami. Usulan ini menjadi bagian dari solusi untuk menyelamatkan pulau dan lingkungan hidup masyarakat.
Sebelumnya, Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, juga mengingatkan bahwa perubahan iklim bukan lagi sekadar ancaman di masa depan, melainkan sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi saat ini. Ini menunjukkan perlunya kolaborasi dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan yang sedang terjadi.
Dalam paparannya, Dwikorita menjelaskan bahwa perubahan iklim telah mengubah pola cuaca global dan regional secara signifikan dalam jangka waktu yang lebih cepat dari yang diharapkan. Aktivitas manusia, terutama sejak Revolusi Industri, menjadi faktor utama dalam mempercepat perubahan ini.
BMKG mengungkapkan bahwa tahun 2024 mencatatkan suhu tertinggi dalam sejarah dengan kenaikan suhu rata-rata global yang telah melampaui ambang batas 1,5°C. Angka ini sangat krusial, berdasarkan kesepakatan internasional yang ditetapkan untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.
“Target pembatasan suhu global seharusnya tercapai pada tahun 2100, namun ini sudah terlampaui jauh lebih awal,” tegasnya. Ini menjadi tanda bahaya bagi seluruh dunia untuk segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis ini.
Di Indonesia sendiri, anomali suhu rata-rata nasional menunjukkan perubahan sebesar +0,8°C dibandingkan periode normal 1991-2020. Hal ini tidak hanya berdampak pada peningkatan suhu, tetapi juga menambah frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan kebakaran hutan.
Faktor-faktor ini memperlihatkan betapa krusialnya situasi yang dihadapi negara ini. Perubahan ini mendorong pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan langkah proaktif dalam menghadapi potensi bencana yang mungkin timbul sebagai akibat dari perubahan iklim.
Pentingnya Kesadaran Lingkungan dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Kesadaran lingkungan menjadi kunci bagi masyarakat dalam berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Melalui pendidikan dan sosialisasi, masyarakat dapat lebih memahami bagaimana tindakan mereka berpengaruh terhadap lingkungan sekitar.
Dengan meningkatkan kesadaran, diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan konservasi yang bertujuan menjaga keberlanjutan lingkungan. Kegiatan seperti penanaman pohon, sirkulasi limbah, dan pengurangan penggunaan plastik menjadi langkah yang sangat penting.
Pemerintah juga perlu menyiapkan kebijakan yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Kebijakan yang mempromosikan energi terbarukan, pengelolaan sampah yang baik, dan perlindungan ekosistem perlu mendapat perhatian khusus.
Perubahan perilaku dan pola konsumsi masyarakat menjadi tantangan tersendiri. Meski terkesan sulit, namun dengan pendidikan yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, perubahan positif bisa terwujud untuk masa depan yang lebih baik.
Peran Komunitas dalam Adaptasi Perubahan Iklim
Komunitas lokal harus menjadi aktif dalam upaya adaptasi terhadap perubahan iklim di wilayah mereka. Melalui kolaborasi antarindividu, organisasi, dan pemerintah, solusi yang lebih komprehensif betul-betul dapat diwujudkan.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program mitigasi menjadi penting. Misalnya, melalui pendekatan berbasis komunitas, masyarakat dapat menemukan solusi yang relevan dengan kondisi lokal yang mereka hadapi.
Pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk masyarakat lokal juga dapat dilakukan. Ini akan memberikan mereka alat dan pengetahuan untuk mengelola risiko yang berhubungan dengan nasib lingkungan mereka.
Kepedulian terhadap isu-isu lingkungan bisa disebarluaskan melalui kampanye atau program-program edukasi. Ini dapat meningkatkan pemahaman dan dukungan terhadap kebijakan-kebijakan keberlanjutan yang diterapkan.
Tindakan Kolektif untuk Mengatasi Krisis Iklim
Tindakan kolektif menjadi sangat penting dalam menghadapi krisis iklim. Perubahan iklim adalah tantangan global yang membutuhkan solusi yang komprehensif dan kerjasama lintas negara.
Kolaborasi antara negara-negara dalam pengembangan teknologi hijau serta investasi dalam energi terbarukan akan menjadi bagian penting dari solusi. Ini menunjukkan pentingnya keterkaitan antara tindakan lokal, nasional, dan internasional.
Setiap individu juga memiliki tanggung jawab dalam mengurangi jejak karbon mereka. Memilih transportasi ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi energi bisa menjadi langkah awal yang mudah diambil.
Dengan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak, harapan untuk menyelamatkan lingkungan dan masyarakat dari dampak negatif perubahan iklim menjadi lebih realistis. Upaya bersama yang bersifat berkesinambungan menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now